Industri animasi Indonesia diprediksi akan terus berkembang pesat. Hal ini terlihat dari dominasi animasi 3D dalam beberapa tahun terakhir, dan prestasi animator Indonesia di kancah internasional, seperti terlibat dalam pembuatan karakter music video girlband Korea dan menjadi art director proyek band Coldplay.
Pertumbuhan yang Pesat
Pertumbuhan industri animasi Indonesia tidaklah mengejutkan. Sektor animasi diproyeksikan menjadi subsektor industri kreatif yang terus tumbuh. Riset Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI) pada tahun 2020 menunjukkan terdapat sekitar 120 studio animasi di Indonesia.
Dalam kurun waktu lima tahun (2015-2019), industri animasi Indonesia tumbuh 153%, dengan rata-rata 26% per tahun. Subsektor film, animasi, dan video (FAV) diprediksi menjadi salah satu subsektor ekonomi kreatif yang berpotensi mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia pada 2023-2024.
Dominasi Animasi 3D dan Tren Virtual Youtuber
Saat ini, animasi 3D mendominasi perkembangan animasi di Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya tokoh animasi lokal di berbagai platform dan TV, seperti Nussa dan Adit & Sopo Jarwo.
Menariknya, tren animasi tidak hanya terbatas pada TV. Semakin banyak animasi yang dibuat dalam bentuk interaksi virtual, atau Virtual Youtuber (VTuber), yang dibagikan melalui YouTube dan Twitch.
Data Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2023/2024 menunjukkan bahwa pasar VTuber global diprediksi mencapai US$2,188 juta pada 2023, dan akan mencapai US$12,265 juta pada 2028 dengan CAGR 35,03%.
Kemajuan teknologi virtual dan ketertarikan masyarakat terhadap konten video pendek (short-form content) mendorong pertumbuhan tren VTuber.
Permintaan Animasi dari Luar Negeri
Hebatnya, animasi lokal tidak hanya terkenal di dalam negeri. Permintaan industri animasi juga datang dari luar negeri, seperti Asia Timur, Eropa, Amerika Utara, dan Timur Tengah.
Sejarah Singkat Industri Animasi Indonesia
Industri ini sudah ada jauh sebelum Adit & Sopo Jarwo dan Nussa. Animasi masuk ke Indonesia sejak 1950-an, dan film atau serial animasi pertama Indonesia adalah Si Huma pada 1983.
Si Huma, serial anak-anak yang ditayangkan di TVRI, menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Huma yang memiliki teman khayalan bernama Windi. Serial ini penuh petualangan, rasa ingin tahu, dan eksplorasi, serta selalu menyelipkan pesan moral dan edukasi untuk anak-anak.
Baca juga:
- COUNTDOWN JAPAN: Masaharu Fukuyama Raih Posisi Pertama dengan Lagu “Hitomi”!
- Long John Baldry: Sosok Penting di Balik Kesuksesan Rod Stewart
- Kembalinya Rick Grimes: Romansa, Aksi, dan Misteri dalam “The Walking Dead: The Ones Who Live”
Pada 1990-an, muncul serial kartun animasi Satria Nusantara dan Petualangan Si Kancil, serta film animasi Janus Prajurit Terakhir (2003) di layar lebar. Superhero Hebring (2007) kemudian sukses mendapatkan penghargaan ASEAN Character Award (2014).
Sejak saat itu, industri ini Indonesia terus berkembang. Banyak animasi terbaru yang sukses meraih penghargaan mancanegara, seperti animasi 2D Battle of Surabaya (2015) yang mendapatkan Best Animation di Hollywood International Motion Pictures Film Festival 2018.
Animasi-animasi lokal yang populer dan dikenal masyarakat luas antara lain Petualangan Si Unyil, Si Juki, Adit & Sopo Jarwo, dan Nussa.
Industri animasi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang pesat dan menjanjikan. Dominasi animasi 3D, tren VTuber, dan permintaan dari luar negeri menjadi peluang besar bagi industri ini.
Sejarah panjang dan perkembangan animasi Indonesia menunjukkan potensi dan daya saing yang tinggi. Ke depannya, industri animasi Indonesia diharapkan terus berkembang dan menjadi salah satu sektor ekonomi kreatif yang berkontribusi besar bagi bangsa.
sumber Kemenparekraf
Drama Spirited Away 2024: Dua Chihiro Baru Muncul dalam Visual Terbaru!